Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam sektor perbankan telah menghadirkan lompatan besar dalam efisiensi dan keamanan. Sistem AI mampu mendeteksi transaksi mencurigakan secara real-time, menganalisis pola penipuan, serta memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap peretasan dan pencurian identitas. Di sisi lain, AI juga mempermudah personalisasi layanan, dengan merekomendasikan produk keuangan berdasarkan kebiasaan dan riwayat nasabah. Namun, kemajuan ini memunculkan pertanyaan kritis: apakah AI benar-benar menjamin keamanan data, atau justru membuka jalan menuju pengawasan total atas aktivitas keuangan individu? Sistem AI dalam perbankan bekerja dengan mengakses dan menganalisis data dalam jumlah besar—dari transaksi harian, lokasi, hingga preferensi belanja—yang secara tidak langsung mengungkap gaya hidup seseorang. Ketika setiap langkah keuangan dipantau dan diinterpretasikan oleh mesin, batas antara perlindungan dan invasi privasi menjadi semakin kabur. Tanpa transparansi dan batasan yang jelas, pemanfaatan data oleh bank dan pihak ketiga bisa mengarah pada praktik profiling yang merugikan nasabah, atau bahkan diskriminasi algoritmik yang sulit dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penting bagi industri perbankan dan regulator untuk menyeimbangkan antara keamanan dan privasi. Penggunaan AI harus disertai dengan perlindungan data yang ketat, hak akses yang jelas bagi nasabah, serta akuntabilitas atas keputusan yang diambil oleh sistem otomatis. Keamanan tidak boleh menjadi dalih untuk membenarkan pengawasan yang berlebihan. Dalam dunia keuangan masa depan, teknologi seharusnya memberdayakan, bukan mengendalikan.